Rabu, 24 Februari 2016

Teori IBM (Interaksi Belajar Mengajar) dan Faktor yang Mempengaruhi IBM

INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR
            Hidup bersama antara manusia berlangsung di dalam berbagai bentuk perhubungan, dan di dalam berbagai jenis situasi. Tanpa adanya proses interaksi di dalam hidup manusia, tidak mungkin mereka dapat hidup bersama.
I.     Pengertian Interaksi Belajar Mengajar
         Interaksi terdiri dari kata inter (antar), dan aksi (kegiatan). Jadi, interaksi adalah kegiatan timbal balik. Dari segi terminologi “interaksi” mempunyai arti hal saling melakukan aksi; berhubungan; mempengaruhi; antar hubungan.  Interaksi akan selalu berkait dengan istilah komunikasi atau hubungan. Sedang “komunikasi” berpangkal pada perkataan “communicare” yang berpartisipasi, memberitahukan, menjadi milik bersama.
Sardiman AM. mengatakan bahwa dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikan dan komunikator. Hubungan komunikan dan komunikator biasanya menginteraksikan sesuatu, yang dikenal dengan istilah pesan (message). Untuk menyampaikan pesan diperlukan saluran atau media. Jadi, didalam komunikasi terdapat empat unsur yaitu: komunikan, komunikator, pesan, dan saluran atau media.
Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka interaksi adalah suatu hal saling melakukan aksi dalam proses belajar mengajar yang di dalamnya terdapat suatu hubungan antara siswa dan guru untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut adalah suatu hal yang telah disadari dan disepakati sebagai milik bersama dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pengajaran.
Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh individu (siswa), sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin belajar. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi hubungan timbal balik (interaksi) antara guru dengan siswa pada saat pengajaran berlangsung.
Dalam pendidikan, interaksi bersifat edukatif dengan maksud bahwa interaksi itu berlangsung dalam rangka untuk mencapai tujuan pribadi anak mengembangkan potensi pendidikan. Jadi, interaksi dalam hal ini bertujuan membantu pribadi anak mengembangkan potensi sepenuhnya, sesuai dengan cita-citanya serta hidupnya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat dan negara. Dalam interaksi itu harus ada perubahan tingkah laku dari siswa sebagai hasil belajar. Di mana siswa yang menentukan berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar dan guru hanya berperan sebagai pembimbing.
 Jadi, interaksi belajar mengajar adalah kegiatan timbal balik antara guru dengan anak didik, atau dengan kata lain bahwa interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan sosial, karena adanya komunikasi antara anak didik dengan temannya, antara si anak didik dengan gurunya ada suatu komunikasi sosial atau pergaulan.
Sedangkan menurut Soetomo, bahwa interaksi belajar mengajar ialah hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak (murid) yang harus menunjukkan adanya hubungan yang bersifat edukatif (mendidik).  Di mana interaksi itu harus diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik, yaitu adanya perubahan tingkah laku anak didik ke arah kedewasaan.
Dari keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi belajar mengajar yang dimaksud di sini adalah hubungan timbal balik antara guru dan anak didik guna mencapai suatu tujuan tertentu.
II.     Komponen-komponen dalam Interaksi Belajar Mengajar
         Ada beberapa komponen dalam interaksi belajar mengajar. Komponen-komponen itu misalnya tujuan, bahan, metode dan alat. Untuk mencapai tujuan instruksional, masing-masing komponen itu akan saling merespon dan mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Sehingga tugas guru adalah mendesain dari masing-masing komponen agar tercipta PBM yang optimal. Guru selanjutnya dapat mengembangkan interaksi belajar mengajar yang lebih dinamis untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
 Mengenai komponen-komponen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a.       Tujuan
Tujuan mempunyai arti penting dalam kegiatan interaksi belajar mengajar. Tujuan dapat memberikan arah yang jelas ke mana kegiatan pembelajaran akan dibawa oleh guru. Tujuan pengajaran yang ditetapkan oleh guru akan mempengaruhi jenis metode yang digunakan, sarana prasarana dan lingkungan belajar mengajarnya.
b.      Bahan pembelajaran
Bahan pelajaran mutlak harus dikuasai guru dengan baik, oleh karena itu guru harus mempelajari dan mempersiapkan bahan pelajaran yang akan disampaikan pada anak didik. Bahan (materi) itu tentunya dipilih dan disesuaikan dengan bahan yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran yang ditetapkan.
c.       Kegiatan Belajar-Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam Kegiatan belajar mengajar. Dalam pengelolaan pengajaran dan pengelolaan kelas yang perlu diperhatikan oleh guru adalah perbedaan anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Interaksi edukatif yang akan terjadi juga dipengaruhi oleh cara guru memahami perbedaan individual anak didik.
d.       Metode
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode diperlukan oleh guru guna kepentingan pengajaran. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi metode mengajar, yaitu tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya, anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya, situasi dengan berbagai keadaannya, fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya serta pribadi guru dengan kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
Adapun metode-metode dalam proses belajar mengajar antara lain: metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas dan metode demonstrasi.
 e.      Alat
Alat adalah segala sesuatu yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi belajar mengajar biasanya dipergunakan alat material dan non material.
Agar alat-alat tersebut mencapai tujuan, maka: Pertama harus dikenal dahulu alat-alat itu sebaik-baiknya, mengerti fungsinya dan apa yang dapat kita capai dengan alat itu. Kedua, harus jelas tujuan yang dikehendaki melalui alat tersebut. Ketiga, harus terampil dalam penggunaannya. Keempat, harus sanggup memelihara/memanfaatkan alat-alat yang ada.
 f.     Sumber Pelajaran
Bagi seorang guru harus memiliki banyak sumber-sumber belajar, sebagai bahan dasar dari materi yang diberikan. Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali, ada dimana-mana ; di sekolah, di halaman, di kota, di pedesaan, dan sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreatifitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya. Segala sesuatu dapat dipergunakan sebagai sumber belajar sesuai kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
 g.       Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar . Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat instrumen penggali data tes perbuatan, tes tertulis, dan tes lisan. Oleh karenanya menurut Edwin Wand dan W. Brown, bahwa evaluation refer to the act for process to determining the value of something Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
 Tujuan evaluasi adalah mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam
mencapai tujuan yang diharapkan, memungkinkan guru menilai aktivitas atau pengalaman yang di dapat dan menilai metode mengajar yang dipergunakan.
 Dengan demikian jika komponen-komponen itu direncanakan dan dipersiapkan dengan matang, maka akan mengurangi hambatan-hambatan yang muncul dalam proses belajar mengajar bahkan akan lebih memotivasi anak untuk melakukan belajar secara efektif dan efisien.
III. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Belajar Mengajar
          Didalam proses pelaksanaan interaksi belajar mengajar sudah barang tentu tidak lepas dan beberapa faktor yang mempengaruhinya.Untuk lebih jelasnya mengenai faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini:
1. Guru/pendidik
            Didalam proses interaksi belajar mengajar tidak bisa terlepas dari guru, sebab kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain kegiatan interaksi belajar mengajar tidak bisa berlangsung tanpa adanya guru. Dalam hal ini guru merupakan faktor yang dominan untuk tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut haruslah bisa menempatkan dirinya seirama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
           Secara kongkrit tugas guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagaimana yang dikemukakan dalam buku : “Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM’1 sebagai berikut: Guru dalam tugasnya mendidik dan mengajar murid-murid nya adalah berupa membimbing, memberikan petunjuk, teladan serta bantuan. Kecakapan, keterampilan,  nilai-nilai,  norma-norma kesusilaan, kebenaran, kejujuran, sikap-sikap dan sifat-sifat yang baik serta terpuji dan lain sebagainya.
          Dan gambaran di atas terlihat bahwa guru di dalam proses belajar mengajar dituntut untuk melaksanakan tugas dengan sebaik baiknya dalam usaha mentransfortasikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya agar tujuan pendidikan dan pengajaran dapat tercapai karena itulah dalam kegiatan mengajar seorang guru harus memahami jiwa, sifat mental, minat serta kebutuhan anak didiknya, agar bisa dengan mudah memberikan pengajaran dengan sebaik-baiknya   atau seefektif mungkin.
        Untuk menunjang pekerjaan guru sebagai tenaga pendidikan dan pengajaran, diperlukan persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang guru.
 Adapun persyaratan-persyaratan yang harus dimiliki adalah:
1. Guru harus memiliki ilmu pengetahuan
    Secara profesional seorang guru dituntut memiliki sejumlah pengetahuan yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan/keguruan, seperti ilmu didaktik/metodik.
Disamping itu pula seorang guru harus memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan yang akan diberikan/disampaikan kepada anak didiknya. Karena dengan semua ini guru akan dapat melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar dengan sebaik-baiknya didalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
2. Guru harus memiliki keterampilan dalam mengajar
 Yang dimaksud dengan keterampilan dalam mengajar yakni suatu keterampilan yang memungkinkan seseorang dapat dengan mudah melakukan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar didalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karena didalam memilikinya keterampilan mengajar ini diharapkan lebih mempermudah dalam mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
3. Guru harus memiliki kepribadian
Aspek kepribadian merupakan persyaratan yang cukup penting bagi seorang guru, karena kepribadian inilah yang menentukan apakah ia seorang pendidik atau pengajar yang baik. Seorang guru yang memiliki kepribadian yang baik akan memungkinkan dapat menjadikan anak didiknya sebagai seorang yang baik, begitu pula sebaliknya guru yang memiliki kepribadian yang buruk akan memungkinkan bisa menjadikan seseorang yang tidak baik. Dalam hubungannya dengan masalah kepribadian guru ini di dalam proses pendidikan dan pengajaran.
 Zakiah Dradjat mengatakan sebagai berikut:
“Kepribadian guru akan lebih besar pengaruhnya dan pada kepandaian dan ilmunya, terutama bagi anak yang masih dalam usia anak-anak dan masa meningkat remaja. yaitu tingkat pendidikan dasar dan menengah, karena anak didik pada tingkat tersebut masih dalam pertumbuhan.”
Dalam hal ini kepribadian yang bagaimana yang harus dimiliki oleh seorang guru, lebih lanjut Zakiah Dradjat mengatakan:
“Tujuan sekolah akan tercapai jika semua guru yang mengajar di sekolah tersebut mempunyai kepribadian yang sejalan dengan tujuan sekolah”.
Bertitik tolak dan pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah suatu kepribadian yang selaras dengan tujuan pendidikan dan pengajaran yang dijalankan oleh sekolah.
 4. Guru harus memiliki rasa tanggungjawab
Rasa tanggung jawab ini sudah barang tentu hendaknya harus dimiliki oleh setiap guru, baik pada saat berada di lingkungan sekolah dan keluarga, sebab tanggung jawab ini nantinya akan dipertanyakan dihadirat Tuhan Yang Maha Esa.
 Peranan guru dalam interaksi belajar-mengajar antara lain adalah :
  1.  sebagai fasilitator, ialah menyediakan situasi-kondisi yang dibutuhkan oleh individu yang belajar.
  2. sebagai pembimbing, ialah memberikan bimbingan siswa dalam interaksi belajar, agar siswa mampu belajar dengan lancar dan berhasil secara efektif dan efisien.
  3. sebagai motivator, ialah pemberi dorongan semangat agar siswa mau dan giat belajar.
  4.  sebagai organisator, ialah mengorganisasikan kegiatan belajar-mengajar  siswa maupun guru.
  5.  sebagai manusia sumber, dimana guru dapat memberikan informasi apa yang dibutuhkan oleh siswa, baik pengetahuan, ketrampilan maupun sikap.
 Adapun kedudukan guru dalam interaksi belajar-mengajar antara lain ialah :
  1. Berfungsi sebagai pengajar, sebagai pengajar seorang guru diharapkan menyediakan situasi dan kondisi belajar untuk siswa dalam interaksi belajar-mengajar.
  2. Berfungsi sebagai pemimpin, ialah sebagai pemimpin yang demokratis. Sifat ini sangat diharapkan bagi seorang guru, yaitu bersifat terbuka, mau mendengarkan pendapat orang lain, keluhan, pikiran, perasaan, ide muridnya, serta bersedia bekerja sama, saling mengerti dan toleransi.
  3. Berfungsi sebagai pengganti orang tua, dalam interaksi belajar mengajar guru bersikap sebagai orang tua terhadap anaknya, sehingga interaksi akan berjalan dengan suasana yang menyenangkan dan intim.
2. Anak didik
Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Anak didik adalah unsur  manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif. Anak didik sebagai manusia yang berpotensi perlu dibina dan di bimbing dengan perantara guru.
Anak didik memiliki kedudukan yang menempati posisi yang menentukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran anak didik sebagai subjek pembinaan. Jadi, anak didik adalah kunci yang menentukan untuk terjadinya interaksi edukatif.
          Abdul Ghofur mengatakan: “Faktor anak didik adalah merupakan salah satu faktor pendidik yang paling penting, mereka tanpa adanya faktor tersebut, maka pendidikan tidak akan berlangsung. Oleh karena itu faktor anak didik tidak dapat digantikan oleh faktor yang lain.
3.   Faktor kurikulum
 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenia tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dan siswa dalam mengorganisasikan tujuan dan isi pelajaran. Secara sederhana arti kurikulum dalam kegiatan ini menggambarkan pada isi atau pelajaran dan pada interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
4. Lingkungan
            Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah sesuatu tempat penyesuaian anak didik dimana mereka berada. Lingkungan ini meliputi keadaan ruang, tata ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada disekitar kelas atau sekitar tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Lingkungan mempunyai pengaruh yang tidak sedikit bagi anak dalam pembentukan kepribadian atau akhlaknya. Oleh karena itu didalam agama menekankan bahwa pengawasan sangat perlu sekali diperhatikan oleh orang tua terhadap anaknya, sebab anak yang dilahirkan itu bagaikan kertas putih yang bersih belum pernah kena noda.
Lingkungan sekolah khususnya lingkungan belajar siswa, lingkungan yang baik ikut mendukung efektivitas pembelajaran. Lingkungan yang baik dimaksudkan:
  1. Lingkungan belajar yang tenang artinya siswa dan guru dapat menjaga suasana belajar yang tenang terhindar dari hiruk-pikuk yang mengganggu.
  2. Tempat belajar mengajar yang bersih dan nyaman, sehingga guru dan siswa betah dan senang belajar di kelas.
  3. Adanya hubungan yang harmonis antara siswa clan guru, siswa dengan siswa dalam pembelajaran sehingga menimbulkan suasana yang menyenangkan.
Sedangkan lingkungan diluar sekolah adalah lingkungan keluarga. Dalam hal ini adalah peran orang tua yang senantiasa dapat memberikan perhatian dan bimbingan kepada anaknya dalam belajar.
Oleh karena itu perlu ada suatu kerjasama yang baik antara sekolah khususnya dengan orang tua siswa dalam rangka meningkatkan prestasi dan kualitas belajar anak.

IV. Penerapan Interaksi Belajar Mengajar
 Penerapan interaksi belajar mengajar secara spesifik dimaksudkan untuk pemberian gambaran bahwa apa yangdilakukan guru dalam proses pembelajaran harus direncanakan secara sistematis. Dengan demikian terdapat hubungan antara komponen perencanaan pembelajaran dengan proses pembelajaran .
Dengan demikian indikator keberhasilan dari proses pembelajaran adalah pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang dikelola guru secara tepat. Guru dapat mengelola interaksi belajar mengajarnyan dengan pendekatan siswa aktif atau pendekatan guru aktif.
 1. Pengertian Interaksi Belajar Mengajar
  1. Pengertian Interaksi
Interaksi Sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris Social Interaction yang berarti saling bertindak, interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, bersifat timbal balik antara individu, antara kelompok dan antara individu dengan kelompok. Apabila dua orang bertemu dan terjadi keadaan saling mempengaruhi diantara mereka.
    1. Pengertian Belajar
Menurut Poerwodarminto, dalam kamus umum bahasa Indonesia menjelaskan ” Belajar adalah berusaha supaya memperoleh kepandaian (ilmu dan sebagainya).” Namun secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan.
    1. Pengertian Mengajar
Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar dengan tujuan yang dirumuskan, hal tersebut dapat diartikan bahwa sasaran akhir proses pembelajaran adalah siswa belajar.
    1. Pengetian Interaksi dalam belajar mengajar
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan:
Interaksi belajar mengajar adalah hubungan timbal balik antara seorang guru yang berupaya memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar melalui proses perubahan, perilaku akibat adanya komunikasi guru dan siswa.
  1. Unsur-Unsur Interaksi Belajar Mengajar
Dalam setiap interaksi pendidikan akan senantiasa mengandung dua unsur pokok, yakni:
1. Unsur Normatif
Dalam interaksi normatif, antara guru dan peserta didik harus berpegang pada norma yang diyakini bersama. Pengajaran sebagai bagian dari pendidikan, sedangkan pendidikan itu sifatnya normatif. Maka dalam proses pengajaran mesti mencerminkan interaksi yang bersumber pada sumber-sumber norma yakni agama, falsafah hidup dan kesulitan.
2. Unsur Teknis
Pendidikan dapat dirumuskan pula secara teknis. Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu peristiwa yang merupakan kegiatan praktis yang berlangsung dalam satu masa,terikat dalam situasi, serta terarah pada satu tujuan.
Jika pendidikan diformulasikan usaha pembentukan manusia susila,pancasila sejati,manusia beragam, dan sebagainya adalah normatif dalam formulasinya. Adapun peristiwa atau rangkaian peristiwa menuju kepada pembentukan itu sendiriadalah suatu proses teknis.
Secara teoritis pemisahan pembahasan mengenai aspek normatif dan aspek teknis lazim terjadi. Namun secara praktiknya merupakan suatu kesulitan bahkan mustahil untuk memisahkan kedua unsur tersebut. Karena pendidikan merupakan satu senyawa terhadap suatu persoalan dasar yang sama.
2.3 Faktor—faktor Interaksi Belajar Mengajar
Sebagaimana diketahui bahwa proses pengajaran pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar subjek didik; guru dan siswa. Komunikasi antar dua subjek ini dipengaruhi oleh berbagi faktor yang mendasari terjadinya interaksi belajar mengajar yang meliputi sebagai berikut:
1. Faktor Tujuan
Terdapat istilah tujuan, baik yang bersifat umum maupun khusus dengan rincian sebagai berikut:
a. Tujuan umum yang dikenal dengan istilah aims.
    Aims sebagai suatu statemen umum yang memberikan gambaran dan arah yang akan dituju, ia menjadi pangkal tolak, ide/inspirasi dan pengarahan . Sifat umum dan luas dari aims mengharuskan untuk dijabarkan/dijelaskan secara nyata dan terarah. Maka dikenal istilah goals.
Goals lebih menyatakan suatu aktivitas. Dari atu rumusan aims dapat dijabarkannya dan dikembangkan beberapa rumusan goals. Goals lebih bersifat operasional, praktis, dan realistik daripada aims.


b. Tujuan khusus yang dikenal dengan istilah objectives
Dalam gambaran objectives tertulis suatu kegiatan peserta didik setelah menjalani interaksi pengajaran. Kegiatn yang tertulis dalam tujuan khusus ini sering dinyatakan dalam bentuk kelakuan yang dalam istilah lain disebut behavior. Maka tujuan khusus sering disebut behavioral objactives.
Dalam memantapkan rumusan tujuan khusus , maka berhubungan dengan dua hal yaitu “kesesuaian ” dan “kegunaan. Istilah kesesuian menunjukan bahwa tujuan khusus mesti sesuai dengan keadaan dan masalah yang dihadapi. Sedangkan istilah kegunaan menunjukan bahwa tujuan khusus mesti berguna serta mencerminkan nilai kegunaan dalam interaksi pengajaran.
Tujuan pendidikan yang bersifat umum maupun khusus, umumnya berkisar pada tiga jenis, yakni:
  1. Tujuan kognitif; tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan.
  2. Tujuan afektif; tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai dan alasan
  3. Tujuan psikomotorik; tujuan yang berkaitan dengan keterampilan dengan menggunakan alat indera.
Sedangkan fungsi dari tujuan pengajaran itu sendiri ialah:
  1. Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam melaksanakan aktivitan/ interaksi belajar mengajar.
  2. Menjadi penentu arah kegiatan
  3. Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam menyusun desain pengajaran
  4. Menjadi materi pokok yang akan dikembangkan dalam memperdalam dan mempeluasruang lingkupnya.
  5. Menjadi pedoman untuk mencegah/menghindari penyimpangan yang akan terjadi.
2. Faktor Bahan Atau Materi Pengajaran
Penguasaan materi oleh guru seyogyanya mengarah pada spesifik atas kecakapan yang diajarkannya. Mengingat isi, sifat dan luasnya ilmu, maka guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa—apa yang akan diajarkannya kedalam bidang ilmu yang bersangkutan.
Penetapan/penentuan materi tersebut harus didasarkan pada upaya pemenuhan tujuan pengajaran dan tidak boleh menyimpang dari tujuan yang telah ada.

3. Faktor Guru Dan Peserta Didik
Guru dan peserta didik adalah dua subjek dalam interaksi pembelajaran. Guru sebagai pengarah dan pembimbing berdasarkan tujuan yang telah ditentukan, sedangkan peserta didik sebagai yang langsung menuju pada arah tujuan melalui aktivitas dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sebagai sumber belajar atas bimbingan guru.
Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa tugas seorang pengajar/guru itu sesuatu yang mulia. Kemuliaan ini mengandung dua kemanfaatan.
  1. Bagi orang yang mengajar (guru) yang menyampaikan ilmu pengetahuan maka ia akan semakin bertambah pengetahuan dan pengalamannya.
  2. Bagi orang yang diberi ilmu pengetahuan (peserta didik) akan semakin bertambah pula pengetahuan dan pengalamnanya hingga mereka dapat mengambil manfaat dari ilmu tersebut.
Peran guru adalah ganda, disamping ia sebagai pengajar adalah sekaligus sebagai pendidik. Dengan demikian dalam waktu bersamaan ia harus mengemban dua tugas utama yaitu mengajar dan mendidik. Dalam rangka mengemban peran ganda tersebut maka secara garis besar guru harus harus memiliki persyaratan kepribadian sebagai guru yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat yang disimpulkan menjadi 3 kompetensi yakni:
  1. Kompetensi individual
  2. Kompetensi sosial
  3. Kompetensi profesional
Bagi peserta didik juga berlaku pada dirinya tugas dan kewajiban. Setidaknya ada 4 hal yang perlu diperhatikan peserta didik.
  1. Peserta didik harus mendahulukan kesucian jiwa. Imam Ghazali menyatakan: “Mendahulukan kesucian jiwa dari kerendahan akhlak dan sifat—sifat tercela.” Menurutnya, ilmu pengetahuan itu kebaikan hati, shalatnya jiwa, dan mendekatkan batin pada Allah.
  2. Peserta didik harus bersedia untuk mencari ilmu pengetahuan. Sedia mencurahkan segala tenaga,jiwa,raga dan pikiran untuk berkonsentrasi pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
  3. Jangan menyombongkan diri dengan ilmu yang telah diperolehnya, apalagi menetang guru. Ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
  4. Peserta didik harus mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Dalam hal ini Imam Ghazali menyatakan bahwa untuk dapat mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan dapat melalui dua sebab; Kemuliaan hasil/perolehan dan kepercayaan dan kekuatan dalil/argumentasinya.

4. Faktor Metode
Metode adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum. Ia berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan dan tujuan yang akan dicapai tersebut merupakan faktor utama yang menentukan suatu metode.
5. Faktor situasi
Yang dimaksud situasi adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran. Termasuk dalam pengertian ini adalah suasana yang berkaitan dengan peserta didik, seperti faktor kelelahan dan semangat belajar. Juga keadaan cuaca, keadaan guru, keadaan sarana dan prasarana yang memadai yang mungkin mengganggu atau menghambat dalam proses pembelajaran.
Diantara keadaan tersebut ada yang dapat diperhitungkan dan ada pula yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya. Terhadap situasi yang dapat diperhitungkan, guru dapat menyediakan alternatif metode—metode mengajar dengan mengingat kemungkinan—kemungkian perubahan situasi.
Sedangkan terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan yang disebabkan perubahan secara tiba-tiba/mendadak diperlukan kecekatan untuk mengambil keputusan dengan segera mengenai cara/metode yang digunakan.
D. Pola Interaksi dalam Pembelajaran
Dalam proses interaksi antara guru dan siswa memiliki pola yang meliputi sebagai berikut:
1. Pola dasar interaksi
Dalam pola dasar interaksi belum terlihat unsur pembelajaran yang meliputi unsur guru, isi pembelajaran dan siswa yang semuanya belum ada yang mendominasi proses interaksi dalam pembelajaran. Dijelaskan bahwa adakalanya guru mendominasi proses interaksi, adakalanya isi yang lebih mendominasi, adakalanya juga siswa yang mendominasi interaksi tersebut atau bahkan adakalanya antara guru dan siswanya secara seimbang saling mendominasi.
2. Pola interaksi berpusat pada isi
Dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran disatu sisi dan siswa mempelajari isi pembelajaran tersebut disisi lain, namun kegiatan tersebut masih berpusat pada isi/materi pembelajaran.

3. Pola interaksi berpusat pada guru
Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata bepusat pada guru, pada umumnya terjadi proses yang bersifat penyajian atau penyampaian isi atau materi pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada dipihak guru yang bersangkutan, sedangkan siswa hanya menerima dan diberi pembelajaran yang disebut juga siswa pasif. 
4. Pola interaksi berpusat pada siswa
Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada siswa, siswa merencanakan sendiri materi pembelajaran apa yang akan dipelajari dan melaksanakan proses belajar dalam mempelajari materi pembelajaran tersebut. Peran guru lebih banyak bersifat permisif, yakni membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan para siswa dalam mempelajari apapun yang dikehendakinya.
Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat perencanaan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah dibuat. Dengan cara semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa.
    

DAFTAR PUSTAKA
HM, Rohani Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta:PT. Rineka Cipta.    
Murniasih, Eri dkk. Tanpa Tahun. 101TipsBelajar Efektif danMenyenangkan. Semarang: PT. Sindur Press.
Suhardi dan Sri Sunarti. 2009. Sosiologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.    


4 komentar: