INTERAKSI
BELAJAR MENGAJAR
Hidup bersama antara manusia berlangsung di dalam berbagai bentuk perhubungan,
dan di dalam berbagai jenis situasi. Tanpa adanya proses interaksi di dalam
hidup manusia, tidak mungkin mereka dapat hidup bersama.
I. Pengertian Interaksi
Belajar Mengajar
Interaksi terdiri
dari kata inter (antar), dan aksi (kegiatan). Jadi, interaksi adalah kegiatan
timbal balik. Dari segi terminologi “interaksi” mempunyai arti hal saling
melakukan aksi; berhubungan; mempengaruhi; antar hubungan. Interaksi akan
selalu berkait dengan istilah komunikasi atau hubungan. Sedang “komunikasi”
berpangkal pada perkataan “communicare” yang berpartisipasi,
memberitahukan, menjadi milik bersama.
Sardiman AM. mengatakan bahwa dalam proses komunikasi,
dikenal adanya unsur komunikan dan komunikator. Hubungan komunikan dan
komunikator biasanya menginteraksikan sesuatu, yang dikenal dengan istilah
pesan (message). Untuk menyampaikan pesan diperlukan saluran atau media.
Jadi, didalam komunikasi terdapat empat unsur yaitu: komunikan, komunikator,
pesan, dan saluran atau media.
Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka
interaksi adalah suatu hal saling melakukan aksi dalam proses belajar mengajar
yang di dalamnya terdapat suatu hubungan antara siswa dan guru untuk mencapai
suatu tujuan. Tujuan tersebut adalah suatu hal yang telah disadari dan
disepakati sebagai milik bersama dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai
tujuan tersebut.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak
bisa dipisahkan dalam kegiatan pengajaran.
Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh
individu (siswa), sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh
guru sebagai pemimpin belajar. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam
satu kegiatan manakala terjadi hubungan timbal balik (interaksi) antara guru
dengan siswa pada saat pengajaran berlangsung.
Dalam pendidikan, interaksi bersifat edukatif dengan
maksud bahwa interaksi itu berlangsung dalam rangka untuk mencapai tujuan
pribadi anak mengembangkan potensi pendidikan. Jadi, interaksi dalam hal ini
bertujuan membantu pribadi anak mengembangkan potensi sepenuhnya, sesuai dengan
cita-citanya serta hidupnya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat
dan negara. Dalam interaksi itu harus ada perubahan tingkah laku dari siswa
sebagai hasil belajar. Di mana siswa yang menentukan berhasil tidaknya kegiatan
belajar mengajar dan guru hanya berperan sebagai pembimbing.
Jadi, interaksi belajar mengajar adalah
kegiatan timbal balik antara guru dengan anak didik, atau dengan kata lain
bahwa interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan sosial, karena adanya
komunikasi antara anak didik dengan temannya, antara si anak didik dengan
gurunya ada suatu komunikasi sosial atau pergaulan.
Sedangkan menurut Soetomo, bahwa interaksi
belajar mengajar ialah hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak
(murid) yang harus menunjukkan adanya hubungan yang bersifat edukatif
(mendidik). Di mana interaksi itu harus diarahkan pada suatu tujuan
tertentu yang bersifat mendidik, yaitu adanya perubahan tingkah laku anak didik
ke arah kedewasaan.
Dari keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa interaksi belajar mengajar yang dimaksud di sini adalah hubungan timbal
balik antara guru dan anak didik guna mencapai suatu tujuan tertentu.
II. Komponen-komponen dalam
Interaksi Belajar Mengajar
Ada beberapa komponen dalam interaksi belajar mengajar. Komponen-komponen
itu misalnya tujuan, bahan, metode dan alat. Untuk mencapai tujuan
instruksional, masing-masing komponen itu akan saling merespon dan mempengaruhi
antara yang satu dengan yang lain. Sehingga tugas guru adalah mendesain dari
masing-masing komponen agar tercipta PBM yang optimal. Guru selanjutnya dapat
mengembangkan interaksi belajar mengajar yang lebih dinamis untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
Mengenai komponen-komponen tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan mempunyai arti penting dalam kegiatan interaksi
belajar mengajar. Tujuan dapat memberikan arah yang jelas ke mana kegiatan
pembelajaran akan dibawa oleh guru. Tujuan pengajaran yang ditetapkan oleh guru
akan mempengaruhi jenis metode yang digunakan, sarana prasarana dan lingkungan
belajar mengajarnya.
b. Bahan pembelajaran
Bahan pelajaran mutlak harus dikuasai guru dengan
baik, oleh karena itu guru harus mempelajari dan mempersiapkan bahan pelajaran
yang akan disampaikan pada anak didik. Bahan (materi) itu tentunya dipilih dan
disesuaikan dengan bahan yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran
yang ditetapkan.
c. Kegiatan
Belajar-Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam
pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam
Kegiatan belajar mengajar. Dalam pengelolaan pengajaran dan pengelolaan kelas
yang perlu diperhatikan oleh guru adalah perbedaan anak didik pada aspek
biologis, intelektual, dan psikologis. Interaksi edukatif yang akan terjadi
juga dipengaruhi oleh cara guru memahami perbedaan individual anak didik.
d. Metode
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode diperlukan
oleh guru guna kepentingan pengajaran. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi metode mengajar, yaitu tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya,
anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya, situasi dengan berbagai
keadaannya, fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya serta pribadi
guru dengan kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
Adapun metode-metode dalam proses belajar mengajar
antara lain: metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas dan metode
demonstrasi.
e. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi belajar mengajar
biasanya dipergunakan alat material dan non material.
Agar alat-alat tersebut mencapai tujuan, maka: Pertama
harus dikenal dahulu alat-alat itu sebaik-baiknya, mengerti fungsinya dan
apa yang dapat kita capai dengan alat itu. Kedua, harus jelas tujuan
yang dikehendaki melalui alat tersebut. Ketiga, harus terampil dalam
penggunaannya. Keempat, harus sanggup memelihara/memanfaatkan alat-alat
yang ada.
f. Sumber Pelajaran
Bagi seorang guru harus memiliki banyak sumber-sumber
belajar, sebagai bahan dasar dari materi yang diberikan. Sumber belajar
sesungguhnya banyak sekali, ada dimana-mana ; di sekolah, di halaman, di kota,
di pedesaan, dan sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut
tergantung pada kreatifitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya.
Segala sesuatu dapat dipergunakan sebagai sumber belajar sesuai kepentingan
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
g.
Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan
keberhasilan guru dalam mengajar . Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru
dengan memakai seperangkat instrumen penggali data tes perbuatan, tes tertulis,
dan tes lisan. Oleh karenanya menurut Edwin Wand dan W. Brown, bahwa evaluation
refer to the act for process to determining the value of something Evaluasi
adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Tujuan evaluasi adalah mengumpulkan data-data
yang membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam
mencapai tujuan yang diharapkan, memungkinkan guru
menilai aktivitas atau pengalaman yang di dapat dan menilai metode mengajar
yang dipergunakan.
Dengan demikian jika komponen-komponen itu
direncanakan dan dipersiapkan dengan matang, maka akan mengurangi hambatan-hambatan
yang muncul dalam proses belajar mengajar bahkan akan lebih memotivasi anak
untuk melakukan belajar secara efektif dan efisien.
III. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Belajar
Mengajar
Didalam proses pelaksanaan interaksi belajar mengajar sudah barang tentu tidak
lepas dan beberapa faktor yang mempengaruhinya.Untuk lebih jelasnya mengenai
faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini:
1. Guru/pendidik
Didalam proses interaksi belajar mengajar tidak bisa terlepas dari guru, sebab kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain kegiatan interaksi belajar mengajar tidak bisa berlangsung tanpa adanya guru. Dalam hal ini guru merupakan faktor yang dominan untuk tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut haruslah bisa menempatkan dirinya seirama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Didalam proses interaksi belajar mengajar tidak bisa terlepas dari guru, sebab kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain kegiatan interaksi belajar mengajar tidak bisa berlangsung tanpa adanya guru. Dalam hal ini guru merupakan faktor yang dominan untuk tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut haruslah bisa menempatkan dirinya seirama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Secara kongkrit tugas guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagaimana
yang dikemukakan dalam buku : “Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM’1
sebagai berikut: Guru dalam tugasnya mendidik dan mengajar murid-murid nya
adalah berupa membimbing, memberikan petunjuk, teladan serta bantuan.
Kecakapan, keterampilan, nilai-nilai, norma-norma kesusilaan,
kebenaran, kejujuran, sikap-sikap dan sifat-sifat yang baik serta terpuji dan
lain sebagainya.
Dan gambaran di atas terlihat bahwa guru di dalam proses belajar mengajar
dituntut untuk melaksanakan tugas dengan sebaik baiknya dalam usaha
mentransfortasikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya agar tujuan pendidikan
dan pengajaran dapat tercapai karena itulah dalam kegiatan mengajar seorang
guru harus memahami jiwa, sifat mental, minat serta kebutuhan anak didiknya,
agar bisa dengan mudah memberikan pengajaran dengan sebaik-baiknya
atau seefektif mungkin.
Untuk
menunjang pekerjaan guru sebagai tenaga pendidikan dan pengajaran, diperlukan
persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang guru.
Adapun persyaratan-persyaratan yang harus
dimiliki adalah:
1. Guru harus memiliki ilmu pengetahuan
Secara profesional seorang guru
dituntut memiliki sejumlah pengetahuan yang berkenaan dengan ilmu
pengetahuan/keguruan, seperti ilmu didaktik/metodik.
Disamping itu pula seorang guru harus memiliki dan
menguasai ilmu pengetahuan yang akan diberikan/disampaikan kepada anak
didiknya. Karena dengan semua ini guru akan dapat melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik dan pengajar dengan sebaik-baiknya didalam kegiatan belajar mengajar
di sekolah.
2. Guru harus memiliki keterampilan dalam mengajar
Yang dimaksud dengan keterampilan dalam mengajar
yakni suatu keterampilan yang memungkinkan seseorang dapat dengan mudah
melakukan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar didalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Karena didalam memilikinya keterampilan mengajar ini
diharapkan lebih mempermudah dalam mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan.
3. Guru harus memiliki kepribadian
Aspek kepribadian merupakan persyaratan yang cukup
penting bagi seorang guru, karena kepribadian inilah yang menentukan apakah ia
seorang pendidik atau pengajar yang baik. Seorang guru yang memiliki
kepribadian yang baik akan memungkinkan dapat menjadikan anak didiknya sebagai
seorang yang baik, begitu pula sebaliknya guru yang memiliki kepribadian yang
buruk akan memungkinkan bisa menjadikan seseorang yang tidak baik. Dalam
hubungannya dengan masalah kepribadian guru ini di dalam proses pendidikan dan
pengajaran.
Zakiah Dradjat mengatakan sebagai berikut:
“Kepribadian guru akan lebih besar pengaruhnya dan pada kepandaian dan ilmunya, terutama bagi anak yang masih dalam usia anak-anak dan masa meningkat remaja. yaitu tingkat pendidikan dasar dan menengah, karena anak didik pada tingkat tersebut masih dalam pertumbuhan.”
“Kepribadian guru akan lebih besar pengaruhnya dan pada kepandaian dan ilmunya, terutama bagi anak yang masih dalam usia anak-anak dan masa meningkat remaja. yaitu tingkat pendidikan dasar dan menengah, karena anak didik pada tingkat tersebut masih dalam pertumbuhan.”
Dalam hal ini kepribadian yang bagaimana yang harus
dimiliki oleh seorang guru, lebih lanjut Zakiah Dradjat mengatakan:
“Tujuan sekolah akan tercapai jika semua guru yang mengajar di sekolah tersebut mempunyai kepribadian yang sejalan dengan tujuan sekolah”.
“Tujuan sekolah akan tercapai jika semua guru yang mengajar di sekolah tersebut mempunyai kepribadian yang sejalan dengan tujuan sekolah”.
Bertitik tolak dan pengertian di atas maka dapat
dikatakan bahwa kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam
kegiatan belajar mengajar adalah suatu kepribadian yang selaras dengan tujuan
pendidikan dan pengajaran yang dijalankan oleh sekolah.
4. Guru harus memiliki rasa tanggungjawab
Rasa tanggung jawab ini sudah barang tentu hendaknya
harus dimiliki oleh setiap guru, baik pada saat berada di lingkungan sekolah
dan keluarga, sebab tanggung jawab ini nantinya akan dipertanyakan dihadirat
Tuhan Yang Maha Esa.
Peranan guru dalam interaksi belajar-mengajar
antara lain adalah :
- sebagai fasilitator, ialah menyediakan situasi-kondisi yang
dibutuhkan oleh individu yang belajar.
- sebagai pembimbing, ialah memberikan bimbingan siswa dalam interaksi
belajar, agar siswa mampu belajar dengan lancar dan berhasil secara
efektif dan efisien.
- sebagai motivator, ialah pemberi dorongan semangat agar siswa mau dan
giat belajar.
- sebagai organisator, ialah mengorganisasikan kegiatan
belajar-mengajar siswa maupun guru.
- sebagai manusia sumber, dimana guru dapat memberikan informasi
apa yang dibutuhkan oleh siswa, baik pengetahuan, ketrampilan maupun
sikap.
Adapun kedudukan guru dalam interaksi
belajar-mengajar antara lain ialah :
- Berfungsi sebagai pengajar, sebagai pengajar seorang guru diharapkan
menyediakan situasi dan kondisi belajar untuk siswa dalam interaksi
belajar-mengajar.
- Berfungsi sebagai pemimpin, ialah sebagai pemimpin yang demokratis.
Sifat ini sangat diharapkan bagi seorang guru, yaitu bersifat terbuka, mau
mendengarkan pendapat orang lain, keluhan, pikiran, perasaan, ide
muridnya, serta bersedia bekerja sama, saling mengerti dan toleransi.
- Berfungsi sebagai pengganti orang tua, dalam interaksi belajar
mengajar guru bersikap sebagai orang tua terhadap anaknya, sehingga
interaksi akan berjalan dengan suasana yang menyenangkan dan intim.
2. Anak didik
Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh
dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Anak
didik adalah unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi
edukatif. Anak didik sebagai manusia yang berpotensi perlu dibina dan di
bimbing dengan perantara guru.
Anak didik memiliki kedudukan yang menempati posisi
yang menentukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa-apa tanpa
kehadiran anak didik sebagai subjek pembinaan. Jadi, anak didik adalah kunci
yang menentukan untuk terjadinya interaksi edukatif.
Abdul Ghofur mengatakan: “Faktor anak didik adalah merupakan salah satu faktor pendidik yang paling penting, mereka tanpa adanya faktor tersebut, maka pendidikan tidak akan berlangsung. Oleh karena itu faktor anak didik tidak dapat digantikan oleh faktor yang lain.
Abdul Ghofur mengatakan: “Faktor anak didik adalah merupakan salah satu faktor pendidik yang paling penting, mereka tanpa adanya faktor tersebut, maka pendidikan tidak akan berlangsung. Oleh karena itu faktor anak didik tidak dapat digantikan oleh faktor yang lain.
3. Faktor kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenia tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dan siswa dalam
mengorganisasikan tujuan dan isi pelajaran. Secara sederhana arti
kurikulum dalam kegiatan ini menggambarkan pada isi atau pelajaran dan pada
interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan yang
hendak dicapai.
4. Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah sesuatu tempat penyesuaian anak didik dimana mereka berada. Lingkungan ini meliputi keadaan ruang, tata ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada disekitar kelas atau sekitar tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Lingkungan mempunyai pengaruh yang tidak sedikit bagi anak dalam pembentukan kepribadian atau akhlaknya. Oleh karena itu didalam agama menekankan bahwa pengawasan sangat perlu sekali diperhatikan oleh orang tua terhadap anaknya, sebab anak yang dilahirkan itu bagaikan kertas putih yang bersih belum pernah kena noda.
Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah sesuatu tempat penyesuaian anak didik dimana mereka berada. Lingkungan ini meliputi keadaan ruang, tata ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada disekitar kelas atau sekitar tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Lingkungan mempunyai pengaruh yang tidak sedikit bagi anak dalam pembentukan kepribadian atau akhlaknya. Oleh karena itu didalam agama menekankan bahwa pengawasan sangat perlu sekali diperhatikan oleh orang tua terhadap anaknya, sebab anak yang dilahirkan itu bagaikan kertas putih yang bersih belum pernah kena noda.
Lingkungan sekolah khususnya lingkungan belajar siswa,
lingkungan yang baik ikut mendukung efektivitas pembelajaran. Lingkungan yang
baik dimaksudkan:
- Lingkungan belajar yang tenang artinya siswa dan guru dapat menjaga
suasana belajar yang tenang terhindar dari hiruk-pikuk yang mengganggu.
- Tempat belajar mengajar yang bersih dan nyaman, sehingga guru dan
siswa betah dan senang belajar di kelas.
- Adanya hubungan yang harmonis antara siswa clan guru, siswa dengan
siswa dalam pembelajaran sehingga menimbulkan suasana yang menyenangkan.
Sedangkan lingkungan diluar sekolah adalah lingkungan
keluarga. Dalam hal ini adalah peran orang tua yang senantiasa dapat memberikan
perhatian dan bimbingan kepada anaknya dalam belajar.
Oleh karena itu perlu ada suatu kerjasama yang baik
antara sekolah khususnya dengan orang tua siswa dalam rangka meningkatkan
prestasi dan kualitas belajar anak.
IV. Penerapan Interaksi Belajar Mengajar
Penerapan interaksi belajar mengajar secara
spesifik dimaksudkan untuk pemberian gambaran bahwa apa yangdilakukan guru
dalam proses pembelajaran harus direncanakan secara sistematis. Dengan demikian
terdapat hubungan antara komponen perencanaan pembelajaran dengan proses
pembelajaran .
Dengan
demikian indikator keberhasilan dari proses pembelajaran adalah pelaksanaan
interaksi belajar mengajar yang dikelola guru secara tepat. Guru dapat
mengelola interaksi belajar mengajarnyan dengan pendekatan siswa aktif atau
pendekatan guru aktif.
1. Pengertian Interaksi Belajar Mengajar
- Pengertian Interaksi
Interaksi
Sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris Social Interaction yang
berarti saling bertindak, interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang
dinamis, bersifat timbal balik antara individu, antara kelompok dan antara
individu dengan kelompok. Apabila dua orang bertemu dan terjadi keadaan saling
mempengaruhi diantara mereka.
- Pengertian Belajar
Menurut
Poerwodarminto, dalam kamus umum bahasa Indonesia menjelaskan ” Belajar adalah
berusaha supaya memperoleh kepandaian (ilmu dan sebagainya).” Namun secara umum
belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi
individu dengan lingkungan.
- Pengertian Mengajar
Mengajar
adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa
untuk terjadinya proses belajar dengan tujuan yang dirumuskan, hal tersebut
dapat diartikan bahwa sasaran akhir proses pembelajaran adalah siswa belajar.
- Pengetian Interaksi dalam
belajar mengajar
Dari
beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan:
Interaksi
belajar mengajar adalah hubungan timbal balik antara seorang guru yang berupaya
memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar melalui proses
perubahan, perilaku akibat adanya komunikasi guru dan siswa.
- Unsur-Unsur Interaksi Belajar Mengajar
Dalam setiap interaksi pendidikan
akan senantiasa mengandung dua unsur pokok, yakni:
1. Unsur Normatif
Dalam interaksi normatif, antara
guru dan peserta didik harus berpegang pada norma yang diyakini bersama.
Pengajaran sebagai bagian dari pendidikan, sedangkan pendidikan itu sifatnya
normatif. Maka dalam proses pengajaran mesti mencerminkan interaksi yang
bersumber pada sumber-sumber norma yakni agama, falsafah hidup dan kesulitan.
2. Unsur Teknis
Pendidikan dapat dirumuskan pula
secara teknis. Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu peristiwa yang
merupakan kegiatan praktis yang berlangsung dalam satu masa,terikat dalam
situasi, serta terarah pada satu tujuan.
Jika pendidikan diformulasikan usaha
pembentukan manusia susila,pancasila sejati,manusia beragam, dan sebagainya
adalah normatif dalam formulasinya. Adapun peristiwa atau rangkaian peristiwa
menuju kepada pembentukan itu sendiriadalah suatu proses teknis.
Secara teoritis pemisahan pembahasan
mengenai aspek normatif dan aspek teknis lazim terjadi. Namun secara praktiknya
merupakan suatu kesulitan bahkan mustahil untuk memisahkan kedua unsur
tersebut. Karena pendidikan merupakan satu senyawa terhadap suatu persoalan
dasar yang sama.
2.3 Faktor—faktor Interaksi Belajar
Mengajar
Sebagaimana diketahui bahwa proses
pengajaran pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar subjek
didik; guru dan siswa. Komunikasi antar dua subjek ini dipengaruhi oleh berbagi
faktor yang mendasari terjadinya interaksi belajar mengajar yang meliputi
sebagai berikut:
1. Faktor Tujuan
Terdapat istilah tujuan, baik yang
bersifat umum maupun khusus dengan rincian sebagai berikut:
a.
Tujuan umum yang dikenal dengan istilah aims.
Aims sebagai
suatu statemen umum yang memberikan gambaran dan arah yang akan dituju, ia
menjadi pangkal tolak, ide/inspirasi dan pengarahan . Sifat umum dan luas dari
aims mengharuskan untuk dijabarkan/dijelaskan secara nyata dan terarah. Maka
dikenal istilah goals.
Goals
lebih menyatakan suatu aktivitas. Dari atu rumusan aims dapat dijabarkannya dan
dikembangkan beberapa rumusan goals. Goals lebih bersifat operasional, praktis,
dan realistik daripada aims.
b.
Tujuan khusus yang dikenal dengan istilah objectives
Dalam gambaran objectives
tertulis suatu kegiatan peserta didik setelah menjalani interaksi pengajaran.
Kegiatn yang tertulis dalam tujuan khusus ini sering dinyatakan dalam bentuk
kelakuan yang dalam istilah lain disebut behavior. Maka tujuan khusus
sering disebut behavioral objactives.
Dalam memantapkan rumusan tujuan
khusus , maka berhubungan dengan dua hal yaitu “kesesuaian ” dan “kegunaan.
Istilah kesesuian menunjukan bahwa tujuan khusus mesti sesuai dengan keadaan
dan masalah yang dihadapi. Sedangkan istilah kegunaan menunjukan bahwa tujuan
khusus mesti berguna serta mencerminkan nilai kegunaan dalam interaksi
pengajaran.
Tujuan pendidikan yang bersifat umum
maupun khusus, umumnya berkisar pada tiga jenis, yakni:
- Tujuan kognitif; tujuan yang berhubungan dengan
pengertian dan pengetahuan.
- Tujuan afektif; tujuan yang berhubungan dengan
usaha merubah minat, setiap nilai dan alasan
- Tujuan psikomotorik; tujuan yang berkaitan dengan
keterampilan dengan menggunakan alat indera.
Sedangkan fungsi dari tujuan
pengajaran itu sendiri ialah:
- Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam
melaksanakan aktivitan/ interaksi belajar mengajar.
- Menjadi penentu arah kegiatan
- Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam
menyusun desain pengajaran
- Menjadi materi pokok yang akan dikembangkan dalam
memperdalam dan mempeluasruang lingkupnya.
- Menjadi pedoman untuk mencegah/menghindari
penyimpangan yang akan terjadi.
2. Faktor Bahan Atau Materi
Pengajaran
Penguasaan materi oleh guru
seyogyanya mengarah pada spesifik atas kecakapan yang diajarkannya. Mengingat
isi, sifat dan luasnya ilmu, maka guru harus mampu menguraikan ilmu atau
kecakapan dan apa—apa yang akan diajarkannya kedalam bidang ilmu yang
bersangkutan.
Penetapan/penentuan materi tersebut
harus didasarkan pada upaya pemenuhan tujuan pengajaran dan tidak boleh
menyimpang dari tujuan yang telah ada.
3. Faktor Guru Dan Peserta Didik
Guru dan peserta didik adalah dua
subjek dalam interaksi pembelajaran. Guru sebagai pengarah dan pembimbing
berdasarkan tujuan yang telah ditentukan, sedangkan peserta didik sebagai yang
langsung menuju pada arah tujuan melalui aktivitas dan berinteraksi langsung
dengan lingkungan sebagai sumber belajar atas bimbingan guru.
Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa
tugas seorang pengajar/guru itu sesuatu yang mulia. Kemuliaan ini mengandung
dua kemanfaatan.
- Bagi orang yang mengajar (guru) yang menyampaikan
ilmu pengetahuan maka ia akan semakin bertambah pengetahuan dan
pengalamannya.
- Bagi orang yang diberi ilmu pengetahuan (peserta
didik) akan semakin bertambah pula pengetahuan dan pengalamnanya hingga
mereka dapat mengambil manfaat dari ilmu tersebut.
Peran guru adalah ganda, disamping
ia sebagai pengajar adalah sekaligus sebagai pendidik. Dengan demikian dalam
waktu bersamaan ia harus mengemban dua tugas utama yaitu mengajar dan mendidik.
Dalam rangka mengemban peran ganda tersebut maka secara garis besar guru harus
harus memiliki persyaratan kepribadian sebagai guru yang dikemukakan oleh
Zakiah Daradjat yang disimpulkan menjadi 3 kompetensi yakni:
- Kompetensi individual
- Kompetensi sosial
- Kompetensi profesional
Bagi peserta didik juga berlaku pada
dirinya tugas dan kewajiban. Setidaknya ada 4 hal yang perlu diperhatikan
peserta didik.
- Peserta didik harus mendahulukan kesucian jiwa.
Imam Ghazali menyatakan: “Mendahulukan kesucian jiwa dari kerendahan
akhlak dan sifat—sifat tercela.” Menurutnya, ilmu pengetahuan itu kebaikan
hati, shalatnya jiwa, dan mendekatkan batin pada Allah.
- Peserta didik harus bersedia untuk mencari ilmu
pengetahuan. Sedia mencurahkan segala tenaga,jiwa,raga dan pikiran untuk
berkonsentrasi pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
- Jangan menyombongkan diri dengan ilmu yang telah
diperolehnya, apalagi menetang guru. Ini sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
- Peserta didik harus mengetahui kedudukan ilmu
pengetahuan yang dipelajarinya. Dalam hal ini Imam Ghazali menyatakan
bahwa untuk dapat mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan dapat melalui dua
sebab; Kemuliaan hasil/perolehan dan kepercayaan dan kekuatan
dalil/argumentasinya.
4. Faktor Metode
Metode
adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum. Ia berfungsi sebagai alat
untuk mencapai suatu tujuan dan tujuan yang akan dicapai tersebut merupakan
faktor utama yang menentukan suatu metode.
5. Faktor situasi
Yang dimaksud situasi adalah suasana
belajar atau suasana kelas pengajaran. Termasuk dalam pengertian ini adalah
suasana yang berkaitan dengan peserta didik, seperti faktor kelelahan dan
semangat belajar. Juga keadaan cuaca, keadaan guru, keadaan sarana dan
prasarana yang memadai yang mungkin mengganggu atau menghambat dalam proses
pembelajaran.
Diantara keadaan tersebut ada yang
dapat diperhitungkan dan ada pula yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya.
Terhadap situasi yang dapat diperhitungkan, guru dapat menyediakan alternatif
metode—metode mengajar dengan mengingat kemungkinan—kemungkian perubahan
situasi.
Sedangkan terhadap situasi yang
tidak dapat diperhitungkan yang disebabkan perubahan secara tiba-tiba/mendadak
diperlukan kecekatan untuk mengambil keputusan dengan segera mengenai
cara/metode yang digunakan.
D. Pola Interaksi dalam Pembelajaran
Dalam proses interaksi antara guru
dan siswa memiliki pola yang meliputi sebagai berikut:
1. Pola dasar interaksi
Dalam pola dasar interaksi belum
terlihat unsur pembelajaran yang meliputi unsur guru, isi pembelajaran dan
siswa yang semuanya belum ada yang mendominasi proses interaksi dalam
pembelajaran. Dijelaskan bahwa adakalanya guru mendominasi proses interaksi,
adakalanya isi yang lebih mendominasi, adakalanya juga siswa yang mendominasi
interaksi tersebut atau bahkan adakalanya antara guru dan siswanya secara
seimbang saling mendominasi.
2. Pola interaksi berpusat pada isi
Dalam proses pembelajaran terdapat
kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran disatu sisi dan siswa mempelajari
isi pembelajaran tersebut disisi lain, namun kegiatan tersebut masih berpusat
pada isi/materi pembelajaran.
3. Pola interaksi berpusat pada guru
Pada pembelajaran yang kegiatannya
semata-mata bepusat pada guru, pada umumnya terjadi proses yang bersifat
penyajian atau penyampaian isi atau materi pembelajaran. Dalam praktik
pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada dipihak guru yang
bersangkutan, sedangkan siswa hanya menerima dan diberi pembelajaran yang
disebut juga siswa pasif.
4. Pola interaksi berpusat pada
siswa
Pada pembelajaran yang kegiatannya
semata-mata berpusat pada siswa, siswa merencanakan sendiri materi pembelajaran
apa yang akan dipelajari dan melaksanakan proses belajar dalam mempelajari
materi pembelajaran tersebut. Peran guru lebih banyak bersifat permisif, yakni
membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan para siswa dalam mempelajari apapun
yang dikehendakinya.
Untuk meningkatkan keaktifan proses
pembelajaran ini, guru membuat perencanaan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya
didasarkan atas rencana yang telah dibuat. Dengan cara semacam ini, diharapkan
hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan baik
dipihak guru maupun dipihak siswa.
DAFTAR PUSTAKA
HM, Rohani Ahmad. 2004. Pengelolaan
Pengajaran. Jakarta:PT. Rineka Cipta.
Murniasih,
Eri dkk. Tanpa Tahun. 101TipsBelajar Efektif danMenyenangkan. Semarang:
PT. Sindur Press.
Suhardi dan Sri Sunarti. 2009. Sosiologi 1. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sumiati dan Asra. 2009. Metode
Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.
ijin kopas
BalasHapusIjin kopas
BalasHapusmohon dilengkapi...
BalasHapusIZIN COPAS
BalasHapus