Kamis, 16 April 2015

Sastra Pengaruh Jawa




CERITA PANJI JAWA DAN HIKAYAT ZAMAN PERALIHAN

10.1  Pendahuluan
Pada bab ini  akan dibahas tentang  cerita Panji Jawa dan Hikayat Zaman Peralihan. Pada cerita panji akan dijelaskan secara singkat tentang sejarah dan pengaruh cerita panji dalam kesusastraan rakyat, sedangkan pada hikayat zaman peralihan akan dijelaskan tentang apa yang dimaksud dengan zaman peralihan dan kesusastraan rakyat yang berkembang pada saat itu.
Bab ini perlu dipahami mengingat bahwa mahasiswa memerlukan pemahaman awal tentang kesusastraan rakyat yang berkembang pada zaman peralihan dan cerita panji yang sangat digemari masyarakat Jawa dan Bali. Selain itu, bab ini juga akan membuka wawasan mahasiswa tentang kesusastraan rakyat zaman peralihan yang ada di Minangkabau dengan melakukan penelitian folklor di lapangan.
Tujuan yang hendak dicapai dalam bab sepuluh ini akan dikemukakan berikut ini. Pertama, siswa mampu menjelaskan cerita panji jawa serta pengaruhnya dalam kesusastraan rakyat. Kedua, mahasiswa mampu menjelaskan hikayat zaman peralihan dan kesusastraan rakyat yang berkembang pada saat itu.

10.2  Materi
Materi bab ini merujuk pada buku Fang halaman 142-233
10.2.1. Cerita Panji Jawa
Cerita Panji adalah hasil sastra Jawa yang sangat digemari oleh orang Indonesia, terutama orang Jawa dan Bali. Orang Melayu juga sangat menyukai cerita Panji. Naskah-naskah cerita Panji tersimpan di berbagai perpustakaan di London, Leiden, Jakarta dan Kuala Lumpur. Kepopuleran cerita Panji mungkin karena sifatnya yang menyerupai cerita pelipur lara yang menceritakan kisah pengembaran dan peperangan. Satu hal yang tidak terdapat dalam cerita pelipur lara ialah kisah percintaan yang erotis serta cerita punakawanan yang lucu, kadang-kadang lucah.
Dr. W. H. Rassers (dalam Fang, 2011 : 142-146)  dalam disertasinya berjudul De Pandji Roman menguraikan dengan panjang asal-usul cerita Panji. Menurutnya, cerita Panji mungkin berasal dari mitos bulan dan matahari seperti yang masih dibaca dalam cerita Kalangi dan Manimporok ini diceritakan bahwa Kalangi dan Manimporok adalah dua orang dewa yang bersahabat baik. Pada suatu hari, Manimporok mengunjungi sahabatnya Kalangi yang kebetulan tidak ada di rumah. Kalongkopan, istrinya Kalangi, dilarikannya. Kalangi sangat sedih dan mulai membuat sebuah patung yang dengan perlahan-lahan kian menyerupai istrinya yang menghilang itu. Akhirnya patung itu mempunyai nyawa dan menjadi istri Kalangi. Rassers menerangkan, Kalangi adalah lambang bulan yang membesar, Manimporok adalah bulan susut, sedangkan Kalongkopan adalah bulan purnama.
Selanjutnya Rassers menjelaskan bahwa mitos bulan dan matahari itu membayangkan susunan struktur masyarakat zaman purba. Pada masa itu, masyarakat Jawa terbagi dua golongan dan diceritakan dan kelakuan nenek moyang kedua golongan ini. pengalaman yang dialami oleh wira dan wirawati bukanlah pengalaman biasa, melainkan inisiasi (upacara) yang dijalani sebelum mereka kawin. Dalam perkawinan, kedua golongan ini bersifat eksogom, artinya kedua golongan ini mestilah mencari istri di luar golongan sendiri. mereka bekerjasaa dab disamping itu, mereka juga bersaing. Kedua golongan ini dibagi pula atas dua subgolongan, sehingga terjadi pembagian empat kelompok dalam masyarakat. keempat kelompok ini masing-masing juga didentifikasi dengan satu jenis binatang atau tumbuh-tumbuhan yang merupakan bagian totemisme. Berhubungan dengan totemisme ini, upacara inisiasi diadakan bagi calon yang hendak menjadi anggota dari salah satu kelompok menurut kelahirannya.
Contoh cerita  panji melayu yang terkenal : hikayat galuh digantung, hikayat cekel wenang pati, hikayat Panji kuda semirang, hikayat misa taman jayeng kusuma, hikayat dewa asmara jaya, hikayat undakan penurat, dan cerita panji Jawa.

10.2.2. Hikayat Zaman Peralihan
Yang dimaksud zaman peralihan dalam kesusastraan Melayu adalah masa-masa perkembangan antara kesusastraan Melayu dan kesusastraan Indonesia. Kesusastraan pada masa ini disebut kesusastraan peralihan karena adanya gejala-gejala masa peralihan, antara sastra lama dan sastra baru yang mendapat pengaruh dari Barat. Kesusastraan zaman ini dipelopori oleh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Kesusastraan zaman ini tidak berkembang karena Abdullah tidak memiliki seorang pun pengikut sehingga dapat dikatakan bahwa kesusastraan zaman ini adalah kesusastraan Abdullah semata.
Ciri-ciri zaman peralihan yaitu :
1.      Hikayat masa peralihan mempunyai motif-motif cerita India. Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut.
a. Tokoh Peristiwa
Tokoh-tokoh peristiwa biasanya seorang dewi, bidadari, yang turun ke dunia untuk menjadi anak raja. Kelahiran tokoh Tokoh utama biasanya lahir secara ajaib, disertai gejala alam luar biasa, lahir bersama senjata sakti. Tuah Anak raja biasanya membawa tuah yang menjadikan negeri makmur, aman sentausa. Petualangan setelah mengalami masa damai bersama orang tuanya, tokoh utama biasanya melakukan petualangan yang luar biasa dan memperoleh hikmat-hikmat yang luar biasa pula. Akhir cerita Cerita diakhiri dengan tokoh utama yang berbahagia bersama istri-istrinya.
2.      Muncul unsur-unsur Islam.
Dalam hikayat peralihan, unsur-unsur Islam dimunculkan.Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Penyebutan nama Tuhan mula-mula disebut dengan nama Hindu seperti dewata. Mulia Raya lalu menjadi nama Islam seperti Raja Syah Alam atau Allah Subhana wa Ta’ala.
b.       Penggantian judul. Dalam hal judul, sastra peralihan sering memiliki dua judul, yakni judul yang terpengaruh Hindu dan judul yang terpengaruh Islam. Contoh hikayat yang memiliki dua judul tersebut antara lain:
1.      Hikayat Marakarma Hikayat Si Miskin
2.      Hikayat Indrajaya/ Hikayat Bikramajaya Hikayat Syah Mardan
3.      Hikayat Serangga Bayu Hikayat Ahmad Muhammad
c.     Dimunculkan percakapan mengenai agama Islam oleh tokoh tertentu. Misalnya: (1) Inderajaya bertanya jawab tentang agama Islam dengan istrinya, dan (2) Lukman Hakim muncul menerangkan perbedaan antara sembahyang dan salat, arti syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat.
3.    Ceritanya masih ada unsur masa lampau tapi sudah ditulis siapa nama pengarangnya, berbeda dengan karya sastra sebelumnya yang belum dicantumkan nama pengarangnya.

Beberapa sastrawan beserta karya-karyanya pada masa sastra peralihan :
1.      Abdullah bin Abdulkadir Munsyi
Karya-karyanya antara lain :
a.  Hikayat Abdullah.
b.  Sejarah Melayu : Buku ini diterbitkannya pada tahun 1831 berdasarkan naskah Sejarah Melayu susunan  Tun Muhammad/Tun Seri Lanang tahun 1612.
c.  Hikayat Panja Tanderan : Hikayat Panja Tanderan, atau kadangkala dieja sebagai Hikayat Panca Tanderan, adalah sebuah hikayat dalam bahasa Melayu yang disadur oleh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dari Pancatantra yang berbahasa Hindu dengan bantuan dari sahabatnya yang berkebangsaan India bernama Tambi Matu Virabattar
d.    Syair Singapura dimakan Api : Singapura dimakan api adalah syair karangan Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Pertama kali syair ini diterbitkan sekaligus dalam Latin dan Jawi tahun 1843, sedangkan edisi cetakan batu diterbitkan tahun 1849. Dalam syair ini Abdullah menceritakan kebakaran dahsyat yang melanda Singapura pada tahun 1830. Dalam syair ini Abdullah melaporkan peristiwa kebakaran ini dengan cukup terperinci. Karena menceritakan peristiwa aktual melalui syair ini, Abdullah juga disebut sebagai wartawan Melayu pertama.
e.     Kisah pelayaran Abdullah dari Singapura ke Kelantan : Kisah Pelayaran Abdullah dari Singapura ke Kelantan ialah sebuah karya sastra Melayu oleh Abdullah Abdul Kadir Munshi, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1838 di Singapura, dan dianggap sebagai teks sastra Melayu pertama yang diterbitkan secara komersil. Karya ini menceritakan pelayaran Abdullah dari Singapura ke Kelantan dengan temannya, Grandpre dan Baba Ko An untuk menyerahkan surat dari Sir George Bonham, GabenorNegeri-Negeri Selat untuk Sultan Kelantan. Tulisannya merangkum pengalamannya ketika singgah di Pahang dan Terengganu serta apa yang dialami beliau di Kelantan. Karya ini juga mengandung nasihat-nasihat yang diberikannya kepada Raja-Raja Melayu.
f.      Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah : Gubahan ini belum diterbitkan karena baru dua puluh halaman saja dikerjakannya. Abdullah tidak dapat menyelesasikannya karena secara mendadak ia meninggal dalam perjalanan dari Jeddah ke Mekah ketika hendak menunaikan ibadah haji dalam tahun 1854.

2. Raja Ali Haji
Cuplikan dari salah satu Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji :
Gurindam pasal pertama
Barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terperdaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudarat
Kurang fikir, kurang siasat
Tinta dirimu kelah tersesat
Fikir dahulu sebelum berkata
Supaya terlelah selang sengketa
Kalau mulut tajam dan kasar
Boleh ditimpa bahaya besar
Jika ilmu tiada sempurna
Tiada berapa ia berguna.

3.      Siti Suleha
Cuplikan Syair Abdul Muluk karya Siti Suleha
Berhentilah kisah raja Hindustan
Tersebutlah pula suatu perkataan
Abdul Hamid Syah paduka sultan
Duduklah Baginda bersuka-sukaan

Abdul Muluk putra baginda
Besarlah sudah bangsawan muda
Cantik menjelis usulnya syahda
Tiga belas tahun umurnya

Parasnya elok amat sempurna
Petah menjelis bijak laksana
Memberi hati bimbang gulana
Kasih padanya mulia dan hina.







10.3  Ringkasan
Cerita Panji adalah hasil sastra Jawa yang sangat digemari oleh orang Indonesia, terutama orang Jawa dan Bali. Orang Melayu juga sangat menyukai cerita Panji. Naskah-naskah cerita Panji tersimpan di berbagai perpustakaan di London, Leiden, Jakarta dan Kuala Lumpur. Kepopuleran cerita Panji mungkin karena sifatnya yang menyerupai cerita pelipur lara yang menceritakan kisah pengembaran dan peperangan.
Yang dimaksud zaman peralihan dalam kesusastraan Melayu adalah masa-masa perkembangan antara kesusastraan Melayu dan kesusastraan Indonesia. Kesusastraan pada masa ini disebut kesusastraan peralihan karena adanya gejala-gejala masa peralihan, antara sastra lama dan sastra baru yang mendapat pengaruh dari Barat. Kesusastraan zaman ini dipelopori oleh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Kesusastraan zaman ini tidak berkembang karena Abdullah tidak memiliki seorang pun pengikut sehingga dapat dikatakan bahwa kesusastraan zaman ini adalah kesusastraan Abdullah semata.
Ciri-ciri zaman peralihan yaitu : Hikayat masa peralihan mempunyai motif-motif cerita India, muncul unsur-unsur Islam, dan ceritanya masih ada unsur masa lampau tapi sudah ditulis siapa nama pengarangnya, berbeda dengan karya sastra sebelumnya yang belum dicantumkan nama pengarangnya.

10.4 Evaluasi
1.      Analisislah cerita Panji Jawa, kemudian tentukan folk dan lore masyarakat pada masa berkembangnya cerita tersebut.
2.      Jelaskan tentang kesusastraan rakyat zaman peralihan dan berserta contoh karyanya.
3.      Carilah informasi folklor zaman peralihan yang ada di Minangkabau.


10.5 Bacaan Anjuran
          Untuk menambah wawasan anda tentang materi bab ini, sebaiknya baca materi pada buku :
Bab 3 dan 4, halaman 142-223
Fang, Liaw Yock. 2011. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia


10.6Daftar Rujukan
Amir, Adriyetti. Zuriati dan Khairil Anwar. 2006. Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau. Padang : Andalas University Press.
Amir, Adriyetti. 2013. Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah. 2011. Penggolongan Sastra Lama Berdasarkan Pengaruh Budaya. http://www.balaibahasajateng. web.id/index.php/read /home/infosa stra_ deta il/19/Penggolongan-Sastra -Indonesia-Lama-Berdasarkan-Pengaruh-Budaya. diakses pada 23 Maret 2015, pukul 20.00 WIB.
Danandjaya, James. 1991. Folklor Indonesia : Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta ; Pustaka Utama Grafiti.
Djamaris, Edwar. 1993. Menggali Khazanah SASTRA MELAYU KLASIK (Sastra Indonesia Lama). Jakarta : Balai Pustaka.
Fang, Liaw Yock. 2011. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Hutomo, Suripan Sadi. 1991. MUTIARA YANG TERLUPAKAN : Pengantar Studi Sastra Lisan. Jawa Timur : Penerbit HISKI.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar