Kamis, 16 April 2015

Penggolongan Sastra Nusantara



PENGGOLONGAN SASTRA NUSANTARA
CERITA BINATANG DAN PELIPUR LARA

8.1. Pendahuluan
Pada bab ini  akan dibahas tentang  sastra nusantara dan penggolongannya, sehingga mahasiswa bisa mengetahui bentuk-bentuk sastra nusantara berdasarkan pengaruh. Pada bab ini akan dibahas tentang cerita binatang dan pelipur lara yang berkembang di Indonesia. Hal ini akan membuat mahasiswa mengetahui tentang cerita binatang dan pelipur lara yang ada di Indonesia, dan kemudian mahasiswa bisa menjadikan bahan untuk penelitian lapangan.
Bab ini perlu dipahami mengingat bahwa mahasiswa memerlukan pemahaman awal tentang hakikat sastra nusantara dan penggolongannya, serta bentuk-bentuk cerita binatang dan pelipur lara yang berkembang di Indonesia.
Tujuan yang hendak dicapai dalam bab delapan ini akan dikemukakan berikut ini. Pertama, siswa mampu menjelaskan hakikat sastra nusantara dan penggolongannya. Kedua, mahasiswa mampu menjelaskan bentuk-bentuk sastra nusantara berdasarkan pengaruh. serta ketiga, mahasiswa mampu menjelaskan tentang cerita binatang dan pelipur lara yang ada di Indonesia.

8.2. Materi
8.2.1.      Penggolongan Sastra Nusantara
Sastra melayu klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka waktu tertentu (periode) karena hasil karya sastra melayu klasik itu tidak mencantumkan waktu penciptaan dan siapa penciptanya. Penggolongan yang biasa, berdasarkan bentuk, berdasarkan isi cerita, dan berdasarkan pengaruh asing (Djamaris, 1993 : 11-19).
1.        Penggolongan berdasarkan bentuk.
Dalam penggolongan ini karya sastra melayu klasik digolongkan dalam dua golongan, yaitu: prosa : yang termasuk prosa lama banyak jumlahnya, prosa melayu klasik ini umumnya banyak disebut hikayat, karena pada umumnya judul prosa melayu klasik ini dimulai dengan “hikayat ini..” dan puisi : yang termasuk puisi lama yaitu mantra, peribahasa, pantun, syair, gurindam, talibun dan lain-lain.


2.      Penggolongan berdasarkan isi.
a.       Hasil sastra berisi undang-undang, yang dimaksud dengan undang-undang disini bukanlah undang-undang yang dalam bahasa Inggris disebut “law”, melainkan adat kebiasaan atau adat istiadat, yang dipakai sejak dahulu secara turun-temurun yang disebut customary law. Adat istiadat itu disajikan dalam bentuk cerita, serta diselangi dengan pantun petatah-petitih, peribahasa dan sebagainya. Dengan membaca hasil karya sastra yang berisi undang-undang ini kita dapat mengetahui latar belakang cara berfiikir dan falsafah hidup masyarakat pada masa dahulu serta adat-istiadatnya, adat raja-raja, adat yang dilakukan dalam upacara tertentu. Misalnya undang-undang malaka, undang-undang minangkabau dan lainnya.
b.    Hasil sastra berisi sejarah, diantaranya yaitu hikayat aceh, hikayat raja-raja pasai, sejarah melayu, hikayat banjar, tambo minangkabau, hikayat patani, hikayat merong mahawangsa.
c.     Hasil sastra berisi petunjuk bagi raja. Hasil sastra yang berisi petunjuk bagi raja atau pengusaha dalam menjalani pemerintahan, yaitu tajussalatin dan bustanussalatin. Tajussalatin berarti mahkota segala raja-raja yang ditulis oleh Bukhari Al-Johari di Aceh pada tahun 1603. Tajussalatin merupakan hasil karya sastra lama yang memberikan pelajaran tentang kewajiban-kewajiban moral yang harus dilakukan oleh raja-raja, mentri, hulu balang, bendahara, penulis, pembawa berita, para duta, dan para pejabat kerajaan lainnya terhadap rakyat dan kepada Allah; demikian juga sebaliknya, bagai mana seharusnya kewajiban dilaksanakan oleh rakyat kepada tuhan dan negaranya. Demikian pula Bustanussalatin yang berarti taman segala raja-raja yang ditulis oleh Nuruddin Ar-Raniri.

3.        Penggolongan berdasarkan pengaruh asing.
Terdapat beberapa penggolongan, diantaranya:
a.       Sastra melayu asli
Sastra melayu asli atau secara tradisional ialah suatu golongan cerita yang hidup dan berkembang secara turun temurun, dan satu generasi kepada generasi berikutnya, istilah lain yang  biasa biasa digunakan untuk menyebut golongan karya sastra ini ialah cerita rakyat. Disebut cerita rakyat atau folklor karena cerita ini hidup dikalangan rakyat. Cerita rakyat itu biasanya disampaikan secara lisan oleh orang yang hafal ceritanya.
Secara tradisional certa rakyat ini juga merupakan objek penelitian folklor, tujuan peneliti meneliti cerita rakyat adalah untuk mengetahui kebudayaan suatu bangsa sebelum adanya pengaruh asing, seperti kepercayaan, pandangan hidup, adat istiadat, dan cara berfikir masyarakat tersebut. Seperti mantra, peribahasa, pantun, teka-teki, cerita binatang, cerita asal-usul, cerita jenaka dan cerita pelipur lara.
b.      Sastra pengaruh hindu.
Pengaruh Hindu merupakan pengaruh asing petama dan lama di Nusantara ini. Bukti tertulis berupa piagam dapat ditemukan sekitar abad kelima, diantaranya piagam raja Mulawarman di Kutai, Kalimantan Timur; dan piagam raja Purnawarman. Di Jawa Barat, sebagai bukti sudah berakarnya pengaruh Hindu di Nusantara. Hasil sastra Hindu yang terkenal, seperti Ramayana, Mahabrata, dan Pancatantra, yang dalam sastra melayu dikenal dengan judul Hikayat Sri Rama, Hikayat Pandawa Lima.

8.2.2.      Cerita Binatang
Cerita binatang termasuk salah satu cerita yang digemari oleh rakyat. Yang dimaksud cerita binatang disini bukanlah cerita binatang dalam pengertian animal tale atau animal folktale, tetapi cerita binatang dalam artian fable.
Animal folktale dapat dibedakan dalam tiga tipe (Djamaris, 1993 : 39-47):
a.         Etiological tale.
Etiological tale adalah cerita tentang asal-usul terjadinya binatang, berdasarkan kepada bentuk atau rupanya sekarang ini. Misalnya apa sebabnya harimau mempunyai bulu belang atau loreng.
b.        Fable.
Fable adalah cerita bintang yang mengandung pesan moral. Binatang diceritakan mempunyai akal, tingkah laku, dan juga bicara seperti manusia. Misalnya cerita kancil.
c.         Beast epic.
Beast epic merupakan siklus cerita binatang dengan seekor pelaku utamanya. Misalnya di Indonesia terkenal kisah kancil, di Eropa cerita tentang rubah, di Kamboja terkenal cerita tentang kelinci, dan di Jawa Barat terkenal cerita tentang kera.
Di Indonesia cerita kancil dapat digolongkan dalam tipe fable dan beast epic, karena dalam cerita itu terkandung moral, sedangkan pelaku utamanya tetap sang kancil itu.
Cerita binatang itu dapat dikatakan suatau cerita yang bersifat universal. Dalam cerita itu binatang dilengkapi dengan perasaan dan akal seperti manusia. Hal ini tak lain ditujukan sebagai suatu cerita yang memberikan sindiran atau kiasan terhadap prilaku manusia itu sendiri.
Dalam cerita binatang pengarang tidak perlu khawatir terhadap perasaan orang lain yang merasa tersinggung terhadap kebodohan dan kepandiran pelaku yang diceritakan, karna yang diceritakan itu adalah sifat-sifat binatang itu sendiri., walaupun cerita itu dimaksudkan sebagai sindiran untuk memberi pendidikan kepada orang yang berlaku bodoh.

8.2.3.      Cerita pelipur lara
Kesusatraan lama ada salah satu jenis sastra yang disebut dengan istilah cerita pelipur lara (Djamaris, 1993 : 54). Dalam cerita pelipur lara ini biasanya yang diceritakan ialah hal-hal yang indah-indah dengan tujuan menghibur pendengarnya. Biasanya cerita itu disampaikan dari mulut ke mulut, dihafalkan oleh tukang ceritanya atau oleh pawang. Ciri utama dari cerita ini adalah karya dengan fantasi, khayalan yang jauh tinggi melambung, sehingga apabila dibandingkan dengan masa sekarang nyatalah bahwa logikanya sedikit sekali. Akan tetapi cerita ini amat berharga karena hal ini merupakan satu gambaran umum tentang pemikiran, perasaan dan angan-angan sebagian penduduk zaman masa lampau, dan sesuatu yang tidak dapat dipelajari dari ilmu purbakala, dari sejarah-sejarah istana, ataupun dokumen-dokumen lainnya. Yang dipentingkan dalam cerita ialah lukisan-lukisan istana yang megah, putra raja yang gagah dengan pakaian yang bagus, dengan putri raja yang cantik yang tiada bandingannya pada masa itu, peperangan yang dahsyat senjata yang keramat, dan sebagainya.
Misalnya cerita pelipur lara ini sperti kisah Cinderella, Putri duyung, kisah tujuh bidadari, dan masih banyak lagi.

Catatan :
Untuk mengetahui beberapa contoh ceita binatang dan cerita pelipur lara, lihat lampiran pada bab ini.






8.3   Ringkasan
Penggolongan sastra nusantara dapat dibagi atas tiga yaitu penggolongan berdasarkan bentuk : prosa dan puisi, berdasarkan isi : undang-undang, sejarah, dan petunjuk bagi raja, berdasarkan pengaruh asing : sastra melayu asli dan sastra pengaruh Hindu.
Cerita binatang dibedakan tiga tipe yaitu etiological tale (asal usul binatang), fable           (cerita binatang yang mengandung pesan moral) dan beast epic (siklus cerita binatan degan seekor pelaku utamanya).
Cerita pelipur lara merupakan cerita yang indah-indah dengan tujuan menghibur pendengarnya. Biasanya berisi cerita istana yang megah, pengeran yang gagah berani, dan putri yang cantik jelita. Misalnya kisah cinderella, putri duyung, kisah tujuh bidadari, dan lain-lain.

8.4  Evaluasi
1.      Kumpulkan tentang cerita binatang dan pelipur lara yang berkembang di daerah Minangkabau kemudian analisis untuk menentukan bentuk dan jenisnya.
2.      Lihat pengaruh asing dalam folklor Minangkabau.


8.5 Bacaan Anjuran
          Untuk menambah wawasan anda tentang materi bab ini, sebaiknya baca materi pada buku :
Bab 1-2 ,  halaman 11-62 :
Djamaris, Edwar. 1993. Menggali Khazanah SASTRA MELAYU KLASIK (Sastra Indonesia Lama). Jakarta : Balai Pustaka.
Bab 1, halaman 1-59
Fang, Liaw Yock. 2011. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.






8.6  Daftar Rujukan
Amir, Adriyetti. Zuriati dan Khairil Anwar. 2006. Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau. Padang : Andalas University Press.
Amir, Adriyetti. 2013. Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Danandjaya, James. 1991. Folklor Indonesia : Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta ; Pustaka Utama Grafiti.
Djamaris, Edwar. 1993. Menggali Khazanah SASTRA MELAYU KLASIK (Sastra Indonesia Lama). Jakarta : Balai Pustaka.
Fang, Liaw Yock. 2011. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Hutomo, Suripan Sadi. 1991. MUTIARA YANG TERLUPAKAN : Pengantar Studi Sastra Lisan. Jawa Timur : Penerbit HISKI.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar