Rabu, 24 Februari 2016

Teknik, Metode dan Model Pembelajaran Bahasa

PENDEKATAN, METODE, STRATEGI, MODEL, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

A.   PENDEKATAN
Pendekatan adalah suatiu ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai pengajaran suatu bidang studi yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan kepada asumsi yang berkaitan.
1.   Pendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatif mengarahkan pengajaran bahasa pada tujuan pengajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi (Syafi’ie, 1993: 17, Hymes dalam Brumfit, 1987: 2, dan Djiwandono, 1996: 13). Pendekatan komunikatif memfokuskan pada keterampilan siswa mengimplementasikan fungsi bahasa (untuk berkomunikasi) dalam pembelajaran.
Berdasarkan prinsip pendekatan komunikatf, pengajaran menulis harus diarahkan pada penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya pembelajaran menulis surat.
2.   Pendekatan Integratif
Pembelajaran bahasa harus dilakukan secara utuh. Para siswa dituntut untuk terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut harus dilakukan secara terpadu dalam satu proses pembelajaran dengan fokus satu keterampilan. Misalnya, para siswa sedang belajar keterampilan menulis maka ketiga keterampilan yang lainnya harus dilatihkan juga, tetapi kegiatan tersebut tetap difokuskan untuk mencapai peningkatan kualitas menulis.
3.   Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
Pendekatan cara belajar siswa aktif diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa. Artinya, siswa secara aktif terlibat dalam proses pengajaran.
4.   Pendekatan Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan suatu metode yang mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.  Siswa bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas.
5.   Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan terlebih dahulu ialah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai.
6.   Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus diutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting, jelas, bahwa aspek kognitif bahasa diutamakan. Dengan pendekatan struktural siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
7.   Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pendekatan ini mempunyai konsep, guru menggunakan objek di sekitar siswa sebagai media pembelajaran di kelas. Misalnya peristiwa kebakaran di Pasar Juwana dapat dijadikan bahan atau materi menulis artikel.
B.   METODE
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Terdapat metode-metode pembelajaran dari metode yang berpusat pada guru (ekspositori), seperti ceramah, tanya jawab, demonstrasi, sampai dengan metode yang berpusat pada siswa (discovery/ inquiry), seperti eksperimen.
1.  Metode ceramah merupakan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas.
2.   Metode tanya jawab merupakan metode mengajar dimana guru menanyakan hal-hal yang sifatnya faktual.
3.  Metode diskusi, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya menggunakan informasi yang telah dipelajari untuk memecahkan suatu masalah.
4. Metode kerja kelompok, dengan metode ini siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
5. Metode demonstrasi dan eksperimen, dengan demonstrasi guru atau narasumber atau siswa mengadakan suatu percobaan.
6. Metode sosiodrama dan bermain peran merupakan metode mengajar dengan   cara mendramatisasikan masalah-masalah hubungan sosial. Merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.
7. Metode pemberian tugas belajar dan resitasi, dengan metode ini guru memberikan tugas, siswa mempelajari kemudian melaporkan hasilnya.
8. Metode karyawisata, merupakan suatu metode mengajar di mana guru mengajak siswa ke suatu objek tertentu dalam kaitannya dengan mata pelajaran di sekolah.
9.  Drill atau pemberian latihan merupakan cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang dipelajari.
10. Metode debat, merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra.
11. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
12. Cooperative Scriptadalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
13. Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/ diurutkan menjadi urutan logis.
14. Metode Jigsawdalam metode ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/ subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.

Selain metode-metode di atas, dikemukakan juga metode pembelajaran bahasa yang lainnya, yaitu:
1.   Metode langsung
Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Di dalam metode langsung terdapat 5 fase yaitu demonstrasi, pembimbingan,pengecekan, dan pelatihan. Di dalam metode ini terdapat teknik dalam pembelajaran menulis yaitu teknik gambar atau menulis langsung.
2.   Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan metode komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Metode komunikatif dapat dilakukan dengan teknik menulis dialog. Siswa menulis dialog tentang yang mereka lakukan dalam sebuah aktivitas. Kegiatan ini dapat dilaksanakan perseorangan maupun kelompok
3.   Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberap aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Metode inregratif dapat dilaksanakan dalam pembelajaran mambaca dengan memberi catatan bacaan. Siswa dapat membuat catatan yang diangap penting atau kalimat kunci sebuah bacaan. Dalam melakukan kegiatan membaca sekaligus siswa menulis.
4.   Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual. Tema yang telah ditentukan harus diolah sesuai dengan perkembangan dan lingkungan siswa. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
5.   Metode Konstruktivitas
Asumsi sentral metode konstruktivistik adalah belajar itu menemukan. Artinya, meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi itu agar informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka. Metode konstruktivistik didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar).
6.   Metode Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari. Adapun metode ini dapat diterapkan dalam salah satu pembelajaran menulis deskripsi. Siswa dapat belajar dalam situasi dunia nyata.


C. STRATEGI
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, strategi bermakna sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi dapat diartikan pula sebagai upaya untuk mensiasati agar tujuan suatu kegiatan dapat tercapai.
Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia berisi segala sesuatu yang dapat digunakan dalam menyusun rencana pembelajaran bahasa Indonesia secara cermat yang mengacu pada tujuan pembelajaran.
Agar pembelajaran berbahasa memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan guru harus memenuhi kriteria berikut.
1) Relevan dengan tujuan pembelajaran
2) Menantang dan merangsang siswa untuk belajar
3) Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.
4) Memudahkan siswa memahami materi pelajaran
5) Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
6) Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.
7) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Rubin, seorang pakar yang dirintis sebagian besar bekerja di bidang strategi, membuat perbedaan antara strategi memberikan kontribusi langsung untuk belajar dan mereka berkontribusi tidak langsung untuk belajar. Menurut Rubin, ada beberapa jenis strategi yang digunakan oleh peserta didik yang memberikan kontribusi langsung maupun tidak langsung untuk belajar bahasa:
1. Cognitive Learning Strategies (Strategi Belajar Kognitif)
Strategi ini merujuk pada langkah-langkah atau operasi yang digunakan dalam pembelajaran atau pemecahan masalah yang memerlukan analisis langsung, transformasi, atau sintesis bahan pembelajaran. diidentifikasi 6 strategi utama belajar kognitif memberikan kontribusi langsung untuk belajar bahasa:


-    Klarifikasi/ verifikasi
-    Penalaran Induktif/ menebak
-    Penalaran deduktif
-    Praktek
-    Menghafal
-    Monitoring


2. Metacognitive Learning Strategies (Strategi Belajar Metakognitif)
Strategi ini digunakan untuk mengawasi, mengatur atau bahasa diri langsung belajar. Dalam strategi ini melibatkan berbagai proses perencanaan, prioritas, menetapkan tujuan, dan manajemen diri.
3. Communication Strategies (Strategi Komunikasi)
Mereka tidak langsung berhubungan dengan bahasa belajar karena fokus mereka adalah pada proses yang berpartisipasi dalam percakapan dan mendapatkan arti seluruh atau mengklarifikasi apa yang dimaksudkan pembicara. Komunikasi strategi yang digunakan oleh pembicara ketika menghadapi kesulitan karena kenyataan bahwa komunikasi mereka berakhir berlari lebih cepat dari komunikasi mereka berarti atau ketika dihadapkan dengan kesalahpahaman oleh pembicara.



4. Social Strategies (Strategi Sosial)
Strategi sosial adalah mereka terlibat dalam kegiatan pembelajar yang mampu mereka kesempatan untuk menjadi terkena dan praktek pengetahuan mereka. (Rubin and Wenden 1987:23-27).


D. MODEL
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dengan mengacu pada Departemen Pendidikan Nasional,SMPK-4 BPK PENABUR telah mencoba beberapa model Pembelajaran Yang Efektif antara lain :
1.      Cooperatif Script (Dansere Cs..1985)
Metode belajar di mana siswa bekerja kelompok (4 orang) bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
a. Guru membagi siswa dalam kelompok
b. Guru memberikan wacana/ materi kepada siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pendengar.
d. Pembicara membacakan ringkasannya.
Sementara pendengar:
- menyimak/ mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.
- membantu/ mengingat/ menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar, dan
sebaliknya,serta lakukan seperti di atas.
f. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru.
g. Penutup
2.  Student Teams - Achievment Divisions (STAD)
Tim siswa kelompok prestasi (Slavin 1995)
Langkah-langkah:
a.    Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin)
b.   Guru menyajikan pelajaran
c.    Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d.   Guru memberikan kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab tidak boleh saling membantu
e.    Memberi evaluasi
f.    Kesimpulan
3.      Numbereded Heads Together (Kepala bernomor) -Spencer Kagan,1992-
Langkah-langkah:
a.    Siswa dibagi dalam kelompok,setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
b.   Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c.    Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar,dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya.
d.   Guru memanggil salah satu nomor siswa, dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
e.    Tanggapan dari teman yang lain kemudian guru menunjuk nomor yang lain
f.    Kesimpulan
4.      Problem Based introduction (Pembelajaran berdasarkan Masalah )
Langkah-langkah
a.    Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b.    Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut..(menetapkan topik,tugas,jadwal)
c.    Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d.   Guru membantu siswadalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
e.    Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
5.      Demonstration
Langkah-langkah:
a.  Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b.Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
c.  Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
d.                   Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan
e. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya
f. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa
didemonstrasikan.
g.Guru membuat kesimpulan
6.      Word Square Media: Soal dalam bentuk teka-teki
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
b.Guru membagi lembaran kegiatan sesuai contoh
c. Siswa menjawab soal (mengisi kotak-kotak tersebut dengan huruf-huruf sesuai pertanyaan )
d.                  Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
7.      Explisit intruction
Pengajaran langsung
(Resenshina & Stevens,1986)
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah
Langkah – langkah:
a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
c. Membimbing pelatihan
d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
e. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
8.      Complete Sentence
Media: Siapkan blanko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
Langkah – langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b.Guru menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau model dengan waktu secukupnya
c. Guru membentuk kelompok 2 atau 4 orang secara heterogen
d.                  Guru membagikan lembar kerja berupa pargraf yang kalimatnya belum lengkap
e. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
f. Siswa berdiskusi secara kelompok
g.Setelah jawaban didiskusikan,jawaban yangsalah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai mengerti
h.Kesimpulan
9.      Artikulasi
Langkah – langkah
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikn materi sebagaimana biasa
c. Untuk mengetahui daya serap siswa,dibentuk kelompok berpasangan dua
d. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannyamendengar sambil membuat catatan kecil kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
e. Menugaskan siswa secara bergiliran/ diacak menyampaikan hasil wawancara dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
f. Guru mengulang/ menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
g. Kesimpulan/ penutup
10. Student Fasilitator and Explaining Siswa mempersentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta lainnya.
Langkah – langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru mendemonstrasikan/ menyajikan materi
c. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya. Misalnya melalui bagan/ peta konsep.
d. Guru menyimpulan ide/ pendapat dan siswa
e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
f. Penutup


E.  TEKNIK
Teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung.
1.   Teknik Umum
Teknik umum adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk semua bidang studi. Contohnya antara lain:
a.       teknik ceramah, merupakan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas.
b.      teknik tanya jawab, merupakan metode mengajar dimana guru menanyakan hal-hal yang sifatnya faktual
c.       teknik diskusi, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya menggunakan informasi yang telah dipelajari untuk memecahkan suatu masalah
d.      teknik ramu pendapat
e.       teknik pemberian tugas, dengan metode ini guru memberikan tugas, siswa mempelajari kemudian melaporkan hasilnya
f.       teknik latihan, merupakan cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang dipelajari.
g.      teknik inquiri, siswa diberi kesempatan untuk meneliti suatu masalah sehingga dapat menemukan cara pemecahannya.
h.      teknik demonstrasi
i.        teknik simulasi
2.   Teknik Khusus
Teknik khusus adalah cara mengajarkan (menyajikan atau memantapkan) bahan-bahan pelajaran bidang studi tertentu. Berikut ini beberapa teknik pembelajaran menulis:
a.       teknik mengarang gambar
b.      teknik meringkas
c.       teknik menyadur
d.      teknik melanjutkan karangan
e.       teknik mendeskripsikan objek
Apa yang dikemukakan di atas hanya contoh dari sekian banyak teknik yang ada. Untuk itu, guru harus kreatif dan aktif untuk mengaktifkan siswa.



Sumber Pustaka:
Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sapani, Suardi, dkk. 1997. Teori Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud.

Keterampilan Meberi Penguatan dan Variasi Pengajaran


KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR MEMBERIKAN PENGUATAN DAN  MEMBERIKAN VARIASI DALAM MENGAJAR


A.    Pengertian Keterampilan Mengajar Guru

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai keterampilan yaitu keterampilan mengajar dalam hal ini membelajarkan. Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan kompetensi pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan “kecakapan untuk menyelesaikan tugas”,  sedangkan mengajar adalah “melatih”. DeQueliy dan Gazali (Slameto, 2010:30) mendefinisikan mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Definisi yang modern di Negara-negara yang sudah maju bahwa “teaching is the guidance of learning”. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar.
Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa tanggapan/pendapat  siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.

B. Macam-macam Keterampilan Mengajar Guru
1.  Keterampilan Bertanya
Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.
Keterampilan dan kelancaran bertanya dari calon guru maupun dari guru itu perlu dilatih dan ditingkatkan, baik isi pertanyaannya maupun teknik bertanya. Oleh karena itu para guru perlu mengetahui dasar-dasar pertanyaan yang baik, jenis-jenis pertanyaan yang baik, dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan keterampilan bertanya tersebut.

Jenis-jenis pertanyaan yang baik
Jenis pertanyaan menurut maksudnya, antara lain:
1.      Pertanyaan permintaan (compliance question).
2.      Pertanyaan retoris (rhetorical question).
3.      Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question,).
4.      Pertanyaan menggali (probing question).
Jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom, antara lain:
1.      Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowlagde question).
2.      Pertanyaan pemahaman (conprehention question).
3.      Pertanyaan penerapan (application question).
4.      Pertanyaan sintetis (synthesis question).
5.      Pertanyaan evaluasi (evaluation question).
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Kehangatan dan Keantusiasan. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Sikap dan cara guru termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakkan ada-tidaknya kehangatan dan keantusiasannya.
Kebiasaan yang perlu dihindari. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Guru harus menghindari kebiasaan seperti :
1.      Menjawab pertanyaan sendiri.
2.      Mengulang jawaban siswa.
3.      Mengulang pertanyaan sendiri.
4.      Mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak.
5.      Menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya.
6.      Mengajukan pertanyaan ganda.
Macam-macam keterampilan bertanya
Sementara itu, keterampilan bertanya sendiri dibedakan atas:
Keterampilan bertanya dasar. Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang di maksud adalah: Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan, pemindah giliran, penyebaran, pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntunan.
Keterampilan bertanya lanjut. Keterampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar partisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri. Keterampilan bertanya lanjut di bentuk di atas landasan penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah : Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi.
2. Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik(feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Tujuan pemberian penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut:
Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.
Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.
Jenis-jenis penguatan
Penguatan dapat diberikan dalam bentuk:
1.      Verbal, yaitu berupa kata-kata atau kalimat pujian, seperti “bagus”, “tepat sekali”, atau “saya puas akan pekerjaanmu”, dan sejenisnya.
2.      Nonverbal, yakni berupa gerak mendekati, mimik dan gerakan badan, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, dan token (simbol atau benda kecil lainnya).
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Dalam memberikan penguatan, guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Diberikan dengan hangat dan antusias.
Harus bermakna.
Hindarkan respon negatif terhadap jawaban siswa.
Siswa yang diberikan penguatan harus jelas.
Dapat juga diberikan kepada kelompok siswa tertentu.
Diberikan segera setelah perilaku yang baik ditunjukkan.
Jenis penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi.
3. Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
1.      Tujuan dan manfaat
Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relevan.
Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.
Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
2.      Prinsip penggunaan
Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Variasi harus digunakan secara lancer dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.
3.      Komponen-komponen keterampilan dalam mengadakan variasi
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu:
Variasi dalam cara mengajar guru. Variasi dalam cara mengajar gurumeliputi : penggunaan variasi suara (teacher voice), pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gerakan badan mimik, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru(teachers movement).
Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids).
2.      Variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif aids).
3.      Variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik).
4.      Variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).
Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan sendiri yang dilakukan anak. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan. Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan sebagai berikut:


1.      Pola guru-murid, yakni komunikasi sebagai aksi (satu arah).
2.      Pola guru-murid-guru, yakni ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antarsiswa (komunikasi sebagai interaksi).
3.      Pola guru-murid-murid, yakni ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
4.      Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid. Interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi, multiarah).
5.      Pola melingkar, di mana setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.
4. Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
1.      Tujuan memberikan penjelasan
Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalah pahaman mereka.
Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
2.      Komponen-komponen dalam keterampilan menjelaskan
Secara garis besar komponen-komponen keterampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu:
Merencanakan, mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
Penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal berupa kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar.
Komponen-komponen dalam membuka dan menutup pelajaran
   Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi:
1.      Menarik perhatian siswa. Cara yang dapat digunakan, antara lain:
  Gaya mengajar guru. Perhatian dapat timbul dari apresiasi gaya mengajar guru seperti posisi, atau kegiatan yang berbeda dari biasanya.
  Penggunaan alat bantu mengajar. Alat bantu mengajar berupa gambar, model, dan skema.
  Pola interaksi yang bervariasi. Variasi pola interaksi yakni guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa-guru.
2.      Menimbulkan motivasi. Cara untuk menimbulkan motivasi, yaitu:
   Dengan hangat dan antusias. Hal ini dapat mendorong tingkah dan kesenangan siswa dalam mengerjakan tugas.
   Menimbulkan rasa ingin tahu.
3.      Memberi acuan (structuring), yaitu usaha untuk mengemukakan secara                     spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang harus dipelajari. Untuk itu cara yang dilakukan adalah:
Mengemukakan tujuan dan batas tugas.
Menyarankan langkah-langkah yang dilakukan.
Mengingatkan masalah pokok yang dibahas.
Mengajukan pertanyaan saat membuka pelajaran yakni sebelum memulai menjelaskan pelajaran tersebut.
4.      Membuat kaitan.
Meninjau kembali sejauh mana materi sebelumnya.
Membandingkan atau mempertentangkan dengan pengetahuan baru.
Menjelaskan konsepnya sebelum mengerjakan bahan secara terperinci.

Komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi:
1.      Meninjau kembali, yang meliputi:
Merangkum inti pelajaran.
Membuat ringkasan.
2.      Mengevaluasi. Bentuk-bentuk evaluasi meliputi:
Mendemonstrasikan keterampilan.
Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain.
Mengekspresikan pendapat siswa sendiri.
                  Memberikan soal-soal tertulis.

6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa.
Komponen-komponen keterampilan membimbing diskusi
1.      Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi.
2.      Memperluas masalah atau urutan pendapat.
3.      Menganalisis pandangan siswa.
4.      Meningkatkan urunan pikir siswa.
5.      Menyebarkan kesempatan berpartisipasi.
6.      Menutup diskusi.

7. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar, misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.